DeepSeek Rilis Model Terbaru
Startup kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, kembali menggebrak dengan meluncurkan pembaruan model andalannya, DeepSeek V3.1. Model ini diklaim lebih cepat dan dioptimalkan menggunakan chip buatan dalam negeri.
Dalam unggahan di WeChat, perusahaan menyebut model anyar itu memanfaatkan format presisi UE8M0 FP8 yang sudah disesuaikan dengan chip domestik generasi terbaru. Meski begitu, detail jenis chip dan produsennya tidak diungkap.
China Perkuat Semikonduktor Domestik
Langkah ini dianggap memperkuat ekosistem semikonduktor nasional, sejalan dengan kebijakan Beijing mengurangi ketergantungan pada teknologi Amerika. Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump memperketat ekspor chip canggih ke China. Kini, meski pembatasan sudah dicabut, Beijing justru mengambil sikap tegas.
China dikabarkan meminta perusahaan lokal berhenti menggunakan chip asal AS. Sikap ini dipicu komentar keras Trump yang menyebut hanya chip kelas bawah yang mengalir ke China. Ketegangan kian meningkat setelah Nvidia diminta menghentikan produksi chip H20 yang semula dirancang khusus untuk pasar China.
Inovasi AI Saingi Barat
DeepSeek sudah lebih dulu mengejutkan dunia teknologi awal tahun ini lewat peluncuran model AI yang sanggup bersaing dengan ChatGPT milik OpenAI. Keunggulannya ada pada biaya operasional yang lebih rendah, sehingga cepat mendapat perhatian global.
Versi V3.1 hadir setelah rilis model R1 pada Mei dan peningkatan V3 pada Maret lalu. Menurut Reuters, pembaruan ini menggunakan struktur inferensi hibrida yang bisa dipakai dalam mode penalaran maupun non-penalaran.
Baca Juga: Iqlima Kim Divonis 6 Bulan Penjara, Kasus Hotman
Fitur Baru dan Penyesuaian Layanan
Pengguna dapat mengaktifkan fitur cerdas tersebut lewat tombol “deep thinking” pada aplikasi maupun platform resmi DeepSeek. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan penyesuaian tarif layanan API mulai 6 September, guna memudahkan integrasi dengan aplikasi pihak ketiga.
Amerika Kini Kena Balik
Dengan inovasi ini, China makin menegaskan ketangguhannya dalam sektor AI dan semikonduktor. Situasi ini dinilai menjadi pukulan balik terhadap Amerika, khususnya Donald Trump yang sebelumnya mendorong sanksi teknologi terhadap Beijing. Kini, giliran Washington yang dibuat gigit jari.